Total Pageviews

Wednesday, 22 December 2010

PANDUAN MENULIS MAKALAH STUDI MASYARAKAT INDONESIA


MAKALAH STUDI MASYARAKAT INDONESIA
1.       COVER
-          Berisi judul, nama lengkap mahasiswa,nomor induk,  semester, nama universitas, logo terkait dan tahun pembuatan
2.       JUDUL
-          Angkatlah judul yang sesuai dengan mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia (silahkan buat cek list)
-          Kembangkan judul yang orisinal, baru dan berguna bagi pembacanya, jangan menjiplak karya orang lain (dari internet atau tugas org lain)
-          Judul dapat menjadi kerangka tugas/makalah, jangan membuat judul yang sulit untuk dikembangkan
3.       LATAR BELAKANG
-          Latar belakang berisi tentang alasan pemilihan topik yang akan ditulis. Misalnya masalah apa yang membuat anda tertarik untuk diangkat dan
-          Berikan alasan mengapa topic tersebut layak untuk ditulis
-          Latar belakang cukup ditulis dalam 1 atau 2 paragraph kurang lebih 1/5 halaman folio atau kira-kira 70-100 kata.
4.       PERUMUSAN MASALAH
-          Setelah disinggung sedikit di dalam latar belakang, sampaikan perumusan masalah secara umum disini. Kemudian pecah atau kembangkan masalah utama yang akan dianggat tersebut menjadi beberapa pertanyaan kecil (misalnya menjadi 3-4 pertanyaan). Ini akan berguna sebagai cek list ketika akan menguraikan pembahasan masalah dan membuat kesimpulan.
-          Cukup 1 paragraph (maksimal 2), kira-kira 50 kata lebih.
5.       LANDASAN PEMIKIRAN
-          Disini apa yang terkait dengan judul dan masalah dijelaskan secara lebih spesifik disini. Bisa berangkat dari tinjauan pengertian/ definisi kata-kata yang ada di pada judul/ perumusan masalah terlebih dahulu.
-          Tinjauan secara teoritis/kerangka berfikir terhadap lingkup permasalahan yang akan dibahas dapat dibuat disini.
-          Disini tempat fakta, ilustrasi,bukti,teori,referensi, sumber, pendapat dari berbagai pihak dan pengarang yang berfungsi memperkaya kazanah perbendaharaan pemikiran penulis. Materi –materi umum tentang SMI yang didapat dari dalam kelas, artikel maupun buku-buku dapat masuk disini.
-          Dapat dikembangkan menjadi beberapa paragraph, minimal 1 ½ halaman atau minimal 250 kata.
6.       URAIAN PEMBAHASAN
-          Menjadi inti dari penulisan makalah. Rumusan masalah utama dan anak-anak pertanyaannya dibahas, dikupas dan diuraikan secara kemprehensif dan mendalam disini.
-          Definisi judul, landasan teori yang sudah ada dan pendapat pribadi penulis secara seimbang harus disinergikan disini. Jangan hanya memajang teori/ pendapat tertentu disini. Sampaikan komentar apabila si penulis setuju atau tidak setuju dengan pendapat tersebut dan beri alas an yang kuat. Sintesis pemikiran2 yang berkembang menjadi satu pemikiran yang baru atau definisi yang baru.
-          Akan lebih mudah bila pembahasan dibuat per mata pertanyaan, untuk menghindari ketidak fokusan.  Semua pertanyaan dibahas tuntas.
-          Beri rambu-rambu mana yang merupakan pendapat umum/ para ahli dan mana yang merupakan pendapat pribadi untuk menghindari kesan plagiat/ menjiplak pendapat orang lain.
-          Bagian terbesar dari makalah, minimal 2 halaman atau 400 kata.
7.       PENUTUP
a.       KESIMPULAN
b.      REKOMENDASI
8.       REFERENSI

Monday, 13 December 2010

STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA: MASYARAKAT MAJEMUK

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik.
1. Horizontal
Ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan social berdasarkan perbedaan suku-bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
2. Vertical
Strktur maysrakat Indonesia ditandai adanya perbedaan2 vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup dalam.

Perbedaan2 suku-bangsa, perbedaan2 agama, adat dan kedaerahan sering kali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk. Istilah masyarakat majemuk (plural societies) ini diperkenalkan oleh J.S. Furnivall untuk menggambarkan masyarakat Indonesia pada zaman Hindia-Belanda. Plural societies yaitu suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain dalam kesatuan politik. Masyarakat Indonesia zaman Hindia Belanda tersebut adalah tipe masyarakat tropis dimana mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras.


Orang Belanda yang minoritas adalah penguasa yang memerintah bagian amat besar orang-orang Indonesia pribumi yang menjadi warga Negara kelas tiga di negerinya sendiri. Golongan orang-orang Tionghoa, sebagai golongan terbesar diantara orang-orang timur asing lainnya, menempati kedudukan menengah di antara kedua golongan tersebut diatas.

Dalam kehidupan politik dan ekonomi, tanda yang jelas pada plural societies tersebut adalah tidak adanya kehendak bersama (common will). Orang-orang Belanda datang ke Indonesia untuk bekerja dan bukan untuk menetap. Mereka bertindak sebagai kapitalis atau majikan bagi buruh-buruh mereka di Indonesia. Orang-orang timur asing, seperti Tionghoa, juga datang tidak lebih karana motif ekonomi. Sementara bagi orang-orang Indonesia pribumi, kehidupan mereka tidak lebih dari kehidupan pelayan dinegeri sendiri.
Karena penggolongan masyarakat berdasarkan perbedaan ras, maka pola produksi pun terbagi atas perbedaan ras, dimana masing-masing ras memiliki fungsi produksi tersendiri. Orang-orang Belanda dalam bidang perkebunan, penduduk Indonesia pribumi dalam bidang pertanian dan orang-orang Tionghoa sebagai kelas pemasaran atau perantara diantara kedua ras tersebut.

Masyarakat Indonesia zaman itu merupakan masyarakat yang tumbuh diatas dasar kasta, tetapi tanpa ikatan agama. Orang-orang Belanda, Tionghoa dan Indonesia pribumi melalui agama, kebudayaan dan bahasa mereka masing-masing mempertahankan dan memelihara pola fikiran dan cara hidup masing-masing. Hasilnya adalah berupa masyarakat (Indonesia) yang secara keseluruhan tidak memiliki kehendak bersama.
Jika di dalam setiap masyarakat selalu terjadi konflik kepentingan, misalnya antara desa dan kota, antara kaum modal dan kaum buruh, maka pada masyarakat majemuk konflik kepentingan tersebut menjadi lebih tajam lagi, terutama karena adanya perbedaan kepentingan ekonomi,social, politik berdasarkan perbedaan ras.

Akan tetapi sejak Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tanggl 17 Agustus 1945, golongan Eropa yang sebelumnya menduduki kedudukan yang sangat penting di dalam masyarakat Indonesia kemudian terlempar di lura system social kemasyarakatan Indonesia. Sejak itu pluralitas yang terjadi terutama di dalam internal orang Indonesia pribumi mengalami perubahan yang sangat signifikan.

Apabila perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama dan regional merupakan dimensi-dimensi horizontal daripada struktur masyarakat Indonesia, maka dimensi vertical struktur masyarakat Indonesia adalah tumbuhnya polarisasi social berdasarkan kekuatan politik dan ekonomi. Kontras antara masyarakat atas dan bawah menjadi lebih lebar. Apabila masyarakat atas diisi oleh oleh sedikit orang yang relatif menguasai ekonomi (memiliki kekayaan) dan posisi politis yang baik, maka lapisan bawah diisi oleh sejumlah besar orang dengan posisi ekonomi dan politis yang lemah. Tumbuhnya ketimpangan tersebut berakar dari struktur ekonomi Indonesia pada zaman Hindia Belanda yang digambarkan sebagai “dual economy”.

Dalam struktur ekonomi demikian, dua macam sector ekonomi yang berbeda watak berhadapan satu sama lain. Sektor pertama berupa struktur ekonomi modern yang secara komersial bersifat lebih canggih (sophisticated), bersentuhan dengan lalu lintas perdagangan Internasional yang didorong oleh motif2 memeproleh keuntungan maksimal (yang sebelumnya dikuasai oleh orang-orang Eropa dan Tionghoa) serta berpusat di kota-kota metropolitan. Sementara yang kedua berupa struktur ekonomi pedesaan yang bersifat tradisional yang menurut teori ekonomi modern berorientasi pada sikap-sikap konservatif, didorong oleh motif2 memeilihara keamanan dan kelanggengan system yang ada, tidak berminat pada usaha2 memperoleh keuntungan dan penggunaan sumber2 secara maksimal, dan lebih berorientasi pada memenuhi kepuasan dan kepentingan social daripada rangsangan kekuatan Internasional.

Thursday, 9 December 2010

LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA EROPA KE NUSANTARA

LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA EROPA KE NUSANTARA

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia didorong oleh terjadinya beberapa peristiwa penting. Peristiwa peristiwa itu antara lain adalah munculnya merkantilisme, terjadinya rervolusi industri, jatuhnya Konstantinopel ke tangan kekaisaran Turki Utsmani, dan dorongan semangat tiga G.

1. Munculnya Merkantilisme

Merkantilisme adalah suatu faham kebijakan politik dan ekonomi suatu negara dengan tujuan memupuk hasil kekayaan (berupa emas) sebanyak-banyaknya sebagai standard kesejahteraan dan kekuasaan untuk negara itu sendiri. Untuk mencapai tujuan itu mucullah semangat dari beberapa Negara Eropa untuk mencari daerah jajahan. Beberapa negara merkantilisme di Eropa misalnya; Perancis , Inggris, Jerman, Belanda. Dengan didorong semangat memupuk hasil kekayaan (berupa emas) sebanyak-banyaknya sebagai standar kesejahteraan dan kekuasaan bangsa Eropa kemudian berdatangan ke Nusantara. Kawasan Nusantara sejak jaman dulu memang telah dikenal sebagai jamrud (tambang emas)katulistiwa.

2. Revolusi Industri

Revolusi industri adalah pergantian atau perubahan secara menyeluruh dalam memproduksi barang yang dikejakan oleh tenaga manusia atau hewan menjadi tenaga mesin. Penggunaan mesin dalam industri menjadikan produksi lebih efisien,
ongkos produksi dapat ditekan, dan barang dapat diproduksi dalam jumlah besar dan cepat. Revolusi industri mula-mula muncul di Inggris. Revolusi ini kemudian berkembang ke berbagai negara Eropa. Pada satu sisi revolusi industri telah
membawa akibat yang sangat positif, namun di sisi lain, revolusi industri telah menimbulkan masalah sosial. Masalah sosial yang muncul akibat adanya revolusi industri antara lain pengangguran dan urbanisasi. Untuk mengatasi masalah
sosial akibat urbanisasi tersebut, maka diambil kebijakan untuk mengirim dan mempekerjakan kaum pengangguran di daerah. baru yang dijadikan koloni. Di samping itu, daerah baru juga akan dijadikan sebagai daerah memasarkan kelebihan produk industrinya, daerah pensuplai bahan mentah dan tenaga murah.

3. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kekaisaran Turki Utsmani tahun 1453
Sultan Muhammad II, penguasa Turki Islam dari dinasti Utsmani berhasil merebut Konstantinopel (Istambul) pada tahun 1453. Pada saat itu Konstantinopel merupakan pusat pemerintahan Romawi Timur, yang bergama Nasrani dan pusat perdagangan yang menghubungkan wilayah Eropa dengan Asia. Dengan jatuhnya Konstantinopel, maka perdagangan di Laut Tengah akhirnya dikuasai oleh pedagang-pedagang Islam. Hal ini mendorong para pedagang Eropa mencari jalan lain di luar kawasan Laut Tengah untuk mencapai penghasil rempah-rempah (Indonesia).

4. Dorongan Semangat Tiga G

Di samping peristiwa peristiwa tersebut, semangat mencari daerah baru juga didorong oleh semangat 3 G. Yang dimaksudkan dengan 3 G adalah, gold (ekonomi), gospel (agama), dan glory (petualangan serta kemuliaan). Dari segi ekonomi (gold) ambisi mereka terkait dengan upaya mencari untung yang sebesar-besarnya melalui kegiatan perdagangan, terutama rempah-rempah. Perdagangan rempah-rempah,seperti lada, cengkih, dan pala merupakan bagian penting dalam kegiatan perdagangan di Eropa. Dari segi agama (gospel), ambisi mereka ke kawasan Timur (Nusantara) berkaitan dengan adanya semangat bangsa-bangsa Barat untuk melanjutkan Perang Salib (perang umat Islam dan Kristen) dan sekaligus menyebarkan agama Kristen. Mereka bersemangat menyebarkan agama Kristen ke daerah-daerah yang baru.

Dari segi petualangan dan kemuliaan (glory) kedatangan orang-orang Eropa ke negara-negara di Timur berkaitan dengan hobi berpetualang dari tempat yang satu ke tempat yang lain sebagai wujud mencari kemuliaan, keharuman atau kejayaan.
Jiwa petualang bagi orang-orang Eropa untuk pergi ke Timur juga didorong oleh dua hal, yakni cerita Marco Polo tentang kemajuan di dunia Timur dan adanya keyakinan bahwa bumi ini bulat. Kepeloporan melakukan penjelajahan ini dipandang ikut memberikan unsur kejayaan bagi bangsa-bangsa Barat.

Wednesday, 8 December 2010

Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan Indonesia Masa Kolonial


Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan sistem pemerintahan di Indonesia pada masa kolonial Eropa sangat dipengaruhi oleh keberadaan bangsa asing tersebut.

Pada awalnya, bangsa Eropa datang untuk membeli rempah-rempah yang tidak dihasilkan di negaranya. Namun, karena mendatangkan keuntungan luar biasa, mereka menerapkan semangat kolonialis dan imperialis. Semangat kolonialis ialah semangat penguasaan oleh suatu negara atas bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu.

Imperialis memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal. Akibatnya, masyarakat yang semula adalah pemilik berbalik menjadi budak. Masyarakat kehilangan hak atas milik mereka sendiri melalui berbagai kebijakan, seperti monopoli, tanam paksa, sewa tanah, penyerahan wajib, dan lain-lain yang diterapkan oleh kolonial. Di bidang kebudayaan, terjadi perkembangan dari masa ke masa. Kedatangan bangsa Eropa membawa agama baru di Kepulauan Indonesia, Kristen Protestan dan Katholik.
Adat istiadat bangsa Eropa juga berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari dalam keraton sampai rakyat jelata. Pengaruh itu dapat dilihat dari tata cara bergaul (lebih bebas dan demokratis), gaya perkawinan, model berpakaian, disiplin, menghargai waktu, rasionalis, individualistis (sifat mementingkan diri), materialistis (sifat mementingkan materi), dan pendidikan.
Di bidang pendidikan, pemerintah kolonial membangun sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun kejuruan. Walaupun membedakan para peserta didik dengan membedakan sekolah untuk anak-anak khusus Belanda, bangsawan, dan rakyat jelata, namun pendidikan membawa dampak positif bagi cara berpikir anak bangsa. Bahkan, ada mahasiswa Indonesia yang bersekolah sampai ke Belanda. Kaum terdidik inilah yang bahu-membahu dengan para pemuda mulai memikirkan untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Di bidang pemerintahan, para pemimpin kita tidak berdaya menghadapi para pedagang yang licik. Para pemimpin kita dengan mudah termakan oleh politik adu domba yang dijalankan oleh para penjajah. Jika pun para pemimpin mencoba untuk melawan, kebanyakan mereka terpaksa menyerah karena lemahnya persenjataan atau karena kelicikan Belanda. Akibatnya, Belanda berhasil menguasai kerajaan yang dipimpinnya. Raja atau sultan yang memerintah hanyalah merupakan simbol yang telah kehilangan kekuasaannya.
Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah Hindia Belanda menerapkan hukum seperti yang berlaku di Belanda. Sistem pemerintahan yang diterapkan mengikuti ajaran Trias Politica. Sistem ini mengenal pemisahan antara lembaga legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang).
Kilas Balik
Hindu-Buddha adalah agama dan kebudayaan yang berasal dari India. Agama Hindu berasal dari gabungan agama bangsa Arya di Asia Tengah dan bangsa Dravida di India. Agama Hindu mengenal kasta-kasta dalam masyarakat. Kitab sucinya ialah Weda. Agama Buddha timbul sebagai reaksi atas agama Hindu. Agama Buddha disiarkan oleh Sidarta Gautama. Agama Buddha tidak mengakui kasta dalam masyarakat. Kitab sucinya ialah Tripitaka.
Di Indonesia, agama dan kebudayaan Hindu-Buddha tumbuh dan berkembang dengan baik. Banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaankerajaan tersebut ialah Kutai, Tarumanegara, Holing, Sriwijaya, Mataram Kuno, Singosari, Kediri, Sunda, Bali, dan Majapahit. Peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha masih dapat kita temui saat ini dalam bidang sosial, teknologi, kesenian, dan pendidikan. Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Persebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia terjadi karena peranan pedagang, bandar-bandar, dan para wali serta ulama. Berita Cina mencatat bahwa pada abad ke-7, Islam telah ditemukan di daerah Sumatra bagian utara. Islam tumbuh dan berkembang dengan baik di Kepulauan Indonesia. Hal itu terlihat dari banyak tumbuh kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan-kerajaan itu mulai dari Kerajaan Perlak di ujung utara Pulau Sumatra sampai di Pulau Ternate dan Tidore di timur Indonesia.
Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang dengan baik di Indonesia. Jejak kebudayaan itu masih dapat kita temui saat ini di sekitar kita. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia merupakan daya tarik utama bagi bangsa Eropa. Mereka kemudian berlomba datang ke Nusantara. Pada awalnya, kedatangan mereka hanya untuk berdagang. Namun, karena memberikan keuntungan yang luar biasa, ketamakan muncul. Mereka menguasai hampir seluruh daerah di Kepulauan Indonesia melalui monopoli, tanam paksa, sewa tanah, penyerahan wajib, dan lain-lain. Kerajaankerajaan di Indonesia satu per satu ditundukkan.